Sementara itu inflasi cabai merah dan bawang merah utamanya disebabkan oleh terbatasnya pasokan akibat gangguan cuaca di sentra produksi.
Secara spasial, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,61% (mtm) dan 0,66% (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Kota Batam mengalami inflasi sebesar 6,15% (yoy), dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi sebesar 5,59% (yoy).
Komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Batam adalah angkutan udara, cabai merah, dan bawang merah sedangkan komoditas penyumbang inflasi di Kota Tanjungpinang adalah cabai merah, angkutan udara, dan bahan bakar rumah tangga.
Memasuki bulan Agustus 2022, beber Musni yang juga Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kepri, tekanan inflasi diperkirakan masih berlanjut namun cenderung melemah. Beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai, yakni masih tingginya harga energi secara global yang dapat mendorong kenaikan harga avtur dan berlanjutnya kenaikan tarif angkutan udara dan Inflasi pada kelompok biaya Pendidikan.
Sementara itu tekanan inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan berkurang seiring panen yang dimulai pada akhir Agustus 2022.
Sehubungan dengan hal tersebut, upaya pengendalian inflasi oleh TPID akan difokuskan untuk memantau perkembangan harga dan kelancaran pasokan bahan pangan terutama aneka cabai, bawang merah, dan sayur-sayuran. ”Dalam hal masih dibutuhkan TPID juga akan melakukan operasi pasar murah. Selain itu, TPID juga akan terus mendorong realisasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan daerah penghasil baik di internal maupun luar Provinsi Kepri,” sebutnya.
Dalam jangka panjang, TPID akan terus mendorong upaya peningkatan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagaan nelayan/petani, perluasan lahan, dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik seperti Program Lipat Ganda, serta program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). ***