“Saya tidak tega tembak kepala, soalnya kenal dengan ibu itu. Terpaksa saya tembak bagian perutnya,” kata Sugiono.
Sebelum eksekusi penembakan, ia bersama rekan lainnya sudah menguntit korban saat keluar rumah. Saat memantau situasi di lokasi, sebelum eksekusi pada korban, ia dipandu oleh Kopda Muslimin lewat ponsel.
Saat penembakan pertama, Kopda Muslimin mengetahui peluru tidak mengenai kepala istrinya. Sugiono Cs diminta putar balik di simpang depan gang rumah korban.
“Bang Muslimin marah-marah, kami diminta putar balik. Posisi Bang Muslimin ketika telepon posisinya saya kurang tahu di mana,” ujar dia.
Perintah Dadakan
Gondrong menambahkan, penembakan itu belum direncanakan. Dia hanya tahu pada saat hari untuk mengambil uang muka atau upah dari Kopda Muslimin, namun mendadak ada perintah untuk eksekusi langsung.
“Saya tahunya berangkat mau ambil uang muka dekat Masjid Gede. Tapi kok rencana berubah dapat perintah hai itu langsung eksekusi langsung perintah Bang Mus. Saya kira uang muka sudah dikasihkan, ternyata belum,” ujar dia.
Saat itu eksekutornya belum ditentukan, namun karena yang bawa tas berisi senjata api (pistol) Sugiono, akhirnya dia yang lakukan eksekusi.
“Babi akhirnya yang eksekusi pas bawa tas isinya pistol. Kalau saya mau menerima tawaran itu tapi untuk membunuh saya tidak berani. Saya masih punya pikiran hati nurani, karena anak-anak masih kecil,” tandasnya.
Polisi sebelumnya menangkap lima tersangka pelaku pembunuhan. Kelimanya adalah Sugiono alias Babi dan Ponco Aji Nugroho. Keduanya satu tim sebagai eksekutor.
Kemudian Supriono dan Agus Santoso yang bertugas sebagai tim pengawas. Dan terakhir Dwi Sulistiono sebagai penyedia senjata api. ***
sumber: merdeka.com