“Sawit ini jadi produk turunannya banyak sekali, bisa di hilirisasi, potensi cabangnya banyak. Bisa dikatakan, dia masih bisa diolah dari biji sampai ampasnya,” ucapnya.
Sebelumnya, Menkop UKM Teten Masduki dalam keterangan resminya Senin 4 Juli 2022 mengungkapkan pengembangan SNI produk baru Minyak Makan Merah dilakukan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).
“Adanya inovasi minyak makan merah ini akan mewujudkan kemandirian sawit rakyat melalui hilirisasi produksi sawit dari TBS ke CPO, dan dari CPO ke minyak makan merah oleh koperasi untuk meningkatkan nilai tambah petani sawit,” kata dia.
Pihaknya berharap, inisiasi pengembangan pengelolaan minyak makan merah ini dapat berjalan dengan baik karena tahapan diawali dengan adanya inovasi. Selanjutnya terbangunnya kolaborasi untuk kemudian mengakselerasi dari berbagai pihak, sehingga dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan bersama.
Diketahui pula, Indonesia merupakan negara produsen terbesar minyak sawit dunia dengan total produksi minyak sawitnya mencapai 50 juta ton per tahun. Data Kementerian
Pertanian mencatat bahwa dari 16,381 juta hektare kebun sawit Indonesia, 41 persen di antaranya dikuasai oleh petani sawit rakyat. Namun, hilirisasi kelapa sawit oleh rakyat
tersebut belum optimal.
Dengan total produksi sawit Indonesia menembus 50 juta ton per tahun, Indonesia menjadi negara produsen terbesar minyak sawit dunia. Namun demikian, tingkat produktivitas rata-rata per tahun baru mencapai 2,3 persen, masih rendah dibandingkan Malaysia yang sudah mencapai 6,49 persen per tahun dan Thailand sebesar 29,17 persen per tahun, dengan kualitas bibit tanaman bersertifikat.(***)
Sumber: Jawapos.com