berita4.id, BATAM-Kota Batam, sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan pariwisata yang berkembang pesat. Saat ini, Kota batam dihadapkan pada rencana pembangunan kawasan bisnis apartemen yang berlokasi di depan Bukit Clara, Batamcenter.
Dalam konteks ini, penduduk Batam dan para pengamat kebijakan publik, termasuk Rikson Tampubolon, Direktur Eksekutif Batam Labor and Public Policies seorang Akademisi dan Pengamat Kebijakan Publik di Kota Batam, menyoroti dengan serius konsekuensi dari rencana pembangunan property persis di depan ikon Kota Batam ini.
Menurut Tampubolon, pertanyaan kritis perlu diajukan terkait rencana pembangunan properti ini, dan alternatif yang lebih bijak perlu dipertimbangkan.
Dia menyampaikan kekhawatirannya tentang konsekuensi dari menggusur lahan yang sebelumnya digunakan sebagai ruang terbuka hijau, serta menutupi salah satu ikon kota, “Welcome to Batam”. Ini harapannya justru memperkuat kesan ikon tersebut sebagai ikon kota batam dan milik masyarakat Kota Batam.
Tampubolon menjelaskan, pendekatan pembangunan yang tidak mempedulikan warisan ikon Kota Batam hanya untuk kapitalisasi lahan adalah “pembangunan tanpa perasaan” atau “pembangunan tanpa etika.”
Pendekatan semacam ini sering kali didasarkan pada kepentingan ekonomi semata tanpa mempertimbangkan aspek-aspek budaya, sejarah, atau identitas kota.
Hal ini dapat merugikan keberlanjutan lingkungan dan merusak ikon kota serta nilai-nilai budaya yang dimilikinya.
baca: Penuhi Kebutuhan Investor Properti Melalui Pembangunan Infrastruktur
Menurut Tampubolon, Pendekatan semacam ini juga dapat disebut sebagai “pembangunan berorientasi profit” atau “pembangunan tanpa visi berkelanjutan.” Fokusnya hanya pada keuntungan finansial tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap ikon kota dan warisan budayanya.