Meski diakui Makruf, bahwa memang untuk mendatangkan unggas ke negara jiran tersebut dibutuhkan persyaratan dan ketentuan yang ketat. “Ini yang perlu kita bicarakan bersama. Teman-teman paska Covid-19 pengen berpartisipasi membangkitkan ekonomi. Hambatan-hambatan ini yang harus kita cari bersama solusinya,’ katanya.
Hal yang sama disampaikan pengusaha lainnya Robinson, menurutnya, pengusaha-pengusaha yang ada di Singapura bisa dibawa ke Batam untuk bertemu dan membicarakan masalah bisnis.
“Jadi kalau bisa pengusaha-pengusaha yang ada di sana bertemu dengan kita. Mari berbicara apa yang penting terkait bisnis yang akan kita jalankan,” ujarnya.
Sementara itu, Konsul Singapura di Batam Gaving Ang mengatakan akan berupaya memfasilitasi pertemuan pengusaha Singapura dan Batam. Meski dalam hal ini, pihaknya tidak bisa memaksa pengusaha di sana.
“Kami akan mencoba memfasilitasinya. Kalau terkait tarif kontainer, saya kurang paham kok bisa masih mahal. Ia mengaku pihaknya akan membahasnya,” katanya.
Gavin mengatakan, Singapura sangat terbuka untuk bisnis apa pun yang ada di Batam, termasuk ayam. Tetapi sepengetahuan dia, Batam tidak bisa ekspor ayam ke Singapura karena di Batam tidak diperkenankan peternakan ayam. Meski menurut dia, ada lahan luas di Barelang.
“Singapura itu sangat terbuka. Terkait bisnis unggas memang sangat ketat. Jadi pegusaha di sana (Singapura) akan melihat nanti apakah standarisasi peternakan di sini. Quality controlnya memang ketat,” katanya.
Ia berharap pengusaha di Batam tetap bisa bersinergi dengan pengusaha dan pemerintah Singapura seperti yang selama ini sudah berjalan. (*)