berita4.id, BATAM– Dunia Pendidikan khususnya di tingkat SMA di Kepri sepertinya ada ketimpangan. Khususnya dari segi insfratruktur. Masih ada SMA negeri di Batam ini yang hanya memiliki dua kelas belajar tanpa meubeler. Padahal sekolah itu saat ini sudah memiliki kelas belajar 10 kelas. Inilah yang ditemukan Wirya Putra Silalahi, Sekretaris Komisi IV DPRD Kepri di SMA Negeri 26 Batam.
Karena tak cukup memiliki kelas belajar, terpaksa pelajar SMA N 26 menumpang belajar di SMA Negeri 3 yang tak jauh dari lokasi. ”Terpaksa masuk siang, menunggu proses belajar di SMA 3 selesai,” ujar Wirya.
Ini pula, ujar Wirya membuat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) khusus SMA di Batam jadi ribut tiap tahun. ”Orang tua dan siswa tak mau memilih sekolah SMA 26, memilih memaksakan untuk masuk ke SMA 3,” sebutnya.
Hal yang sama juga terjadi di SMA negeri 1 dengan SMA 24.
Walaupun sudah dibangun SMAN pendamping, misal SMAN 24 untuk menampung luberan pendaftar di SMAN 1, SMAN 26 untuk luberan SMAN 3, tetap saja orangtua dan siswa tak mau di sekolah baru tersebut. ”Ya mau gimana memang fasilitas di sekolah baru atau pendamping itu sangat minim,” ujar Wirya Putra Silalai, sekretaris komisi IV DPRD Kepri.
Padahal kita tahu, Dinas Pendidikan Kepri terus mengatakan sudah tidak ada lagi sekolah favorit tapi kenyataanya di lapangan bisa dilihat.
”Tetap saja siswa dan orangtua menolak bila sekolah di sman- sman pendamping tersebut. Bisa dimaklumi, karena sekolah ini sangat lambat perkembangannya dari tahun ke tahun,” sebutnya.
Bahkan untuk melakukan pembangunan pun di sekolah pendamping itu, pemprov Kepri harus menunggu dana DAK/ APBN. Sedangkan untuk dana itu, kita tahu mulai dilirik bila minimal telah berjalan 3 tahun.
”Sementara dari APBD Pemprov hanya dialokasikan anggaran sekitar Rp500 juta per tahun, malah pernah tak dianggarkan sama sekali. Sangat kecil perhatian Pemprov Kepri terhadap dunia pendidikan Kepri,” tegas Wirya.